Dibalik
sebuah ujian
Namaku
Aiman aku terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ayahku bekerja sebagai
tukang kayu, sedangkan ibuku sehari-harinya hanya mencari imbalan cucian baju
untuk menambah pendapatan demi mecukupi kebutuhan sehari-hari. Aku mempunyai
seorang kakak yang wajahnya cantik,putih dan dia telahir sempurna. Berbeda
dengan aku,aku dilahirkan kedunia dengan kekurangan sejak lahir sampai sekarang
aku tidak bisa berbicara layaknya manusia sempurna, aku tidak tau dan ini juga
bukan kehendak orang tuaku, ini sudah takdir dari Tuhan. Dikeluargaku hanya ibu
yang bisa menerima aku apa adanya dan hanya ibu yang bisa mengerti aku.
Sementara ayahku benci seakan-akan ia tiadak pernah mengharapkan kehadiranku,
dan kakakku dia sama sekali tidak pernah menoleh kepadaku dia jijik mempunyai
adik sepertiku.
Sehingga
disuatu hari ibu meninggal karna penyakit yang dideritanya, keluargaku sedih,
terutama aku yang pada waktu itu sangat terpukul atas kematian ibu. Sekarang
tidak ada lagi yang mengerti aku, ayah serta kakakku semakin benci kepadaku,
“ini semua gara-gara kamu bocah cacat,seandainya kamu tidak lahir kedunia ini
semua tidak akan terjadi”kakak berkata. Aku hanya bisa merespon melewati gerak
bola mata “apa salahku kak? Kenapa kakak bilang seperti itu”
Tidak
lama kemuadian ayah beserta kakakku pergi jauh meninggalkan aku,entah dimana
mereka tinggal sekarang aku tidak tau. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku
hanya bisa berdoa kepada Tuhan supaya keluargaku kembali dan bisa menerima aku
apa adanya.
Satu
tahun dua tahun aku hidup dengan belas kasih orang, tak ada kabar sedikitpun
mengenai keluargaku. Dan pada suatu ketika ada seorang kakek yang terkena
penyakit sudah lama kakek itu menderita penyakit yang dideritanya namun sampai
sekarang belum ada yang bisa menyembuhkan penyakitnya itu, kemudian entah
kenapa keluarga kakek itu pergi kerumah dan memintaku untuk menyembuhkan
penyakitnya, aku menolak-nolak dengan bahasa isyarat “aku tidak tau, apa yang
harus aku lakukan? Aku bukan dokter dan aku juga bukan tuhan” akan tetapi orang
itu tetap saja ngotot memintaku untuk menyembuhkan penyakit kakek. Dan akhirnya
aku pergi kerumah kakek itu dan melihat kakek itu dengan penyakit yang
dideritanya. Aku mencoba mendekat dan menyentuh kakek itu serta sambil berdoa
kepada tuhan supaya tuhan memberikan kesembuhan kepada kakek ini.
Keesokan
harinya kakek beserta keluarganya datang menemui aku,dan mereka mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepadaku. Aku diam seraya menjawab dari ucapan
mereka “jangan berterima kasih kepadaku, berterima kasihlah kepada Tuhan,
dialah yang sudah menyembuhkan kakek dari penyakitnya hanya karna mungkin
perantaranya aku”.
Kabar
ini cepat didengar oleh semua orang bahwa aku bisa menyembuhkan orang sakit
dengan bantuan Tuhan. Hampir setiap hari ada orang datang kepadaku dan meminta
supaya aku menyembuhkan orang yang sedang sakit, dan alhamdulillah dengan
pertolongan dan kuasa Tuhan semua orang bisa sembuh dari penyakitnya.
Pada
suatu hari ayahku terkena penyakit yang kemungkinan tidak bisa disembuhkan
lagi, kakakku mendengar berita dari orang bahwa ada bocah yang bisa
menyembuhkan semua penyakit dan namanya itu Aiman. Kemudian kakak dan ayahku
datang kepadaku,dan betapa terkejutnya aku ketika melihat mereka,”namun ayah
kenapa?”
Tiba-tiba
kakak mendekat kepadaku, ia berkata”adikku Aiman, kamu adikku kan yang dulunya
aku sangat benci kepadamu,yang dulunya aku gak sudi punya adik sepertimu”
mataku berkaca-kaca, kemudian kakak melanjutkan “kakak minta maaf Aiman dulu
kakak jahat kepadamu dan maafin ayah juga karna kakak dan ayah sudah
menyalahkan kamu atas kepergian ibu dan maafkan kita karna sudah meninggalkan
kamu sendirian Aiman” sambil meneteskan air mata, aku juga tak bisa menahan
jatuhnya air mata ketika aku mendengar pengakuan dari kakak. “sekarang ayah
lagi sakit parah, dia tidak bisa jalan, dia tidak bisa ngomong bahkan dia tidak
bisa mendengar suara apapun dan bergerakpun ia tidak bisa”. Kemudian aku
mendekat dan memeluk ayah sambil menangis dengan suara hati “ ayah Aiman sayang
ayah, Aiman tidak mau kehilangan ayah, Tuhan Aiman mau ayah sembuh” dan sesaat
ayah bergerak dan menyentuh pipiku, “anakku, maafkan ayah, ayah sudah
meninggalkan kamu sendirian, ayah adalah ayah yang paling jahat yang tidak bisa
menjaga dan menghidupi anaknya dengan baik, maafkan ayah nak....” dan hembusan
terakhir ayah tepat berada dipelukanku. “ayah....jangan pergi”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar