Kamis, 30 Oktober 2014

PAMEKASAN

PAMEKASAN
sejarah pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invansi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh Sarjana barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH.
Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih cerah sebab telah banyak tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada tulisan-tulisan sejarah Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram khususnya dalam pemerintahan Madura Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa campur tangan pemerintahan Belanda yang sempat menimbulkan pro dan kontra bagi para Penguasa Madura, dan menimbulkan peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’ Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya pemerintahan kolonial Belanda di Madura.
Hal ini terbukti dengan banyaknya penguasa Madura yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan beberapa pemberontakan di Nusantara yang dianggap merugikan pemerintahan kolonial dan penggunaan tenaga kerja Madura untuk kepentingan perkembangan ekonomi Kolonial pada beberapa perusahaan Barat yang ada didaerah Jawa, khususnya Jawa Timur bagian timur (Karisidenan Basuki).
Tenaga kerja Madura dimanfaatkan sebagai tenaga buruh pada beberapa perkebunan Belanda. Orang-orang Pamekasan sendiri pada akhirnya banyak hijrah dan menetap di daerah Bondowoso. Perkembangan Pamekasan, walaupun tidak terlalu banyak bukti tertulis berupa manuskrip ataupun inskripsi nampaknya memiliki peran yang cukup penting pada pertumbuhan kesadaran kebangsaan yang mulai berkembang di negara kita pada zaman Kebangkitan dan Pergerakan Nasional

MADURA


MADURA

    Ada suatu negara yang disebut Mendangkamulan dan berkuasalah seorang Raja yang bernama Sangyangtunggal. Waktu itu pulau Madura merupakan pulau yang terpecah belah, Yang tampak ialah Gunung Geger di daerah Bangkalan dan Gunung Pajudan didaerah Sumenep.Diceritakan selanjutnya bahwa raja mempunyai anak gadis bernama Bendoro Gung. Yang pada suatu hari hamil dan diketahui Ayahnya. Raja amat marah dan menyuruh Patihnya yang bernama Pranggulang untuk membunuh anaknya itu. Karena itu ia tidak melanjutkan untuk membunuh anak Raja itu tetapi ia memilih lebih baik tidak kembali ke Kerajaan. Pada saat itu ia merubah nama dirinya dengan Kijahi Poleng dan pakaiannya di ganti juga dengan Poleng (Arti Poleng,kain tenun Madura). Dan gadis yang hamil itu didudukkan di atasnya, serta gitek itu di hanyutkan menuju ke Pulau “Madu Oro”.
Pada saat si gadis hamil itu merasa perutnya sakit dan segera ia memanggil Kijahi Poleng. Tidak antara lama Kijahi Poleng datang dan ia mengatakan bahwa Bendoro Gung akan melahirkan anak. Dengan demikian ibu dan anak tersebut menjadi penduduk pertama dari Pulau Madura.
Perahu-perahu yang banyak berlayar di Pulau Madura sering melihat adanya cahaya yang terang ditempat dimana Raden Segoro berdiam, dan seringkali perahu-perahu itu berhenti berlabuh dan mengadakan selamatan ditempat itu. Selain daripada itu para pengunjung memberikan hadiah-hadiah kepada Ibu Raden Segoro maupun kepada anak itu sendiri. Ibunya merasa sangat takut pula karena itu ia memanggil kijahi Poleng. Kijahi poleng mengajak Raden Segoro untuk pergi ketepi pantai.
Pada saat itu memang benar datanglah 2 ekor ular raksasa dan Kijahi Poleng menyuruh Raden Segoro supaya 2 ekor ular itu didekati dan selanjutnya supaya ditangkap dan dibanting ke tanah. Tombak itu oleh Kijahi Poleng diberi nama Si Nenggolo dan Si Aluquro. Sesampainya Patih tersebut di Madura, ia terus menjumpai Raden Segoro dan mengemukakan kehendak Rajanya. Ibu Raden Segoro mendatangkan Kijahi Poleng dan minta pendapatnya, apakah kehendak raja dikabulkan atau tidak.
Raden Segoro berangkat dengan membawa senjata si Nenggolo. Akhirnya Raja Mendangkamulan atas bantuan Raden Segoro menang didalam peperangan dengan tentara Cina dan setelah itu Raja mengadakan Pesta besar karena dapat mengusir musuhnya. Raja bermaksud mengambil Raden Segoro sebagai anak mantunya. Raden Segoro minta ijin dahulu untuk pulang ingin menanyakan kepada ibunya. Pada saat itu pula ibu dan anaknya lenyaplah dan rumahnya disebut Keraton Nepa. Karena itu sampai sekarang 2 tombak itu menjadi Pusaka Bangkalan.

dhangka



Sumber Api Alam "DHANGKA"

                 Konon kira-kira pada abad XVI sekitar tahun 1605 saka atau tahun 1683 Masehi hiduplah seorang pengelana penyebar agama Islam yang memiliki kesaktian yang bernama KI MOKO dengan nama aslinya R. WIGNYO KENONGO.

Di tengah-tengah hutan yang tandus dimana dia bertempat tinggal, KI MOKO yang pekerjaannya sehari-hari mencari ikan di laut, berhasil menciptakan sumber-sumber kebutuhan hidup yang diupayakan guna memenuhi kebutuhan yang mendesak yaitu pada saat ia harus menyambut atau menjamu tamu dari kerajaan dalam rangka perayaan pernikahan dirinya dengan putri raja.

Kisah ini bermula ketika KI MOKO mendengar berita bahwa Raja Kerajaan Palembang sedang dirundung kesedihan karena seorang putrinya tengah menderita sakit yang tak kunjung sembuh, meski telah banyak tabib yang mengobatinya.

Pada kesempatan itu KI MOKO terpanggil untuk mencoba membantu mengobati penderitaan putri raja KI MOKO mempersembahkan sesuatu kepada Sang raja berupa tabung-tabung bambu yang penuh berbagai mata ikan dan dikirimkan melalui utusan, menerima persembahan dari KI MOKO Raja sangat terkejut karena barang yang semula dianggap kurang berharga menjelma menjadi barang berharga berupa Permata Intan dan Berlian. Sang raja sangat terkeut dan gembira begitu pula Sang Putri yang pada akhinya membuat ia sembuh dari sakitnya.

Melihat kejadian ini Sang Raja merasa berhutang budi kepada KI MOKO dan sesuai janjinya Sang Raja menganugerahkan hadiah berupa sebuah peti kepada KI MOKO dan dikirim melalui utusan, setelah peti tersebut sampai ke tangan KI MOKO dan dibukanya ternyata dari dalamnya terjelma seorang Putri yang amat cantik jelita, itulah SITI SUMENTEN Putri Raja yang sengaja dianugerahkan kepada KI MOKO untuk dijadikan istri, menghadapi kenyataan ini KI MOKO sangat masqul dan gembira hatinya. Namun kegembiraan itu sejenak berubah menjadi rasa risau karena kebersamaan dengan itu pula tersirat suatu berita bahwa tak lama lagi rombongan dari Kerajaan akan segera datang ke tempat kediaman KI MOKO untuk melangsungkan perayaan pernikahan. Kerisauan KI MOKO disebabkan karena tempat kediaman serta segala kebutuhan perayaan sangat tidak memungkinkan. Namun kerisauan tersebut akhirnya sirna setelah KI MOKO memusatkan batin melalui semedinya untuk memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan menancapkan tongkat saktinya berdirilah bangunan istana yang sangat megah ( bangunan tersebut sirna setelah kegiatan perayaan selesai ).
Demikian pula untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan sumber air dan seterusnya dengan cara yang sama KI MOKO menancapkan tongkatnya pada tanah. Pada saat itulah tercipta sumber air yang akhirnya menjadi sebuah telaga serta pancaran kobaran api yang senantiasa menyala dan akan berguna untuk kebutuhan manusia.


gunung geger

Gunung geger


Gunung geger,memiliki arti dan makna cukup kompleks dan multi demensional bagi Kabupaten Bangkalan, serta Pulau Madura umumnya. Dari sisi sektor kepariwisataan daerah, misalnya, kawasan bukit berjarak sekitar 38 km ke arah tenggara dari pusat pemerintahan Kota Bangkalan itu, sarat akan eksotika alam yang menggelitik. Diantaranya, Bukit Geger memiliki hamparan hutan produktif seluas 48 ha, dengan variasi tanaman pohon kornis, akasia, mahoni, lamtoro gung, jati, serta sebagian kecil sengon laut. Bagusnya, kepadatan pohon di puncak bukit, tertata begitru rapi, sehingga menawarkan keeolakan hutan yang lumayan artistik.
Bagusnya, di seantero hutan, juga diwarnai oleh aneka ragam spesies binatang, bahkan sebagian tergolong spesies langka dan patut dilindungi. Diantaranya, di kawasan hutan terdapat ribuan kera berkulit abu-abu dengan ekor panjang. Gerombolan Kera selalu berjubel di pintu masuk puncak bukit, setiap kali ada rombongan pelancong datang berkunjung. Mereka dengan ceoloteh yang hiruk pikuk, selalu saling berebut butiran jagung atau kacang yang kadang dilemparkan oleh pengunjung disepanjang kanan-kiri jalan menuju situs Goa Petapan, Goa Potre di sisi Selatan bukit , serta dan situs makam keramat di sisi Utara bukit. Tingkah polah monyet itu agak mirip dengan prilaku ribuan kera di kawasan wisata Sangeh Bali, atau komunitas kera di Hutan Nepa, Banyuates, Kabupaten Sampang.
Selain kera, ada pula beberapa spesies binatang langka yang patut dilindungi. Diantaranya, disela dedaunan pohon atau semak belukar, sering dijumpai ular pecut (warna hijau panjang), ular viper hijau, ular bandotan puspa (ular tanah warna hitam), ular python, serta aneka ragam binatang berbisa semacam kala jengking, ketonggeng atau lipan. Di puncak pepohonan, juga sering dijumpai beberapa burung hantu, gagak, elang laut, rajawali laut, serta aneka ragam spesies burung lainnya.”Pengunjung, juga sering melihat binatang landak dan musang berbulu coklat,” kata Asnawi  juru kunci Bukit Geger.
Keunggulan eksotika wana wisata Bukit Geger tidak hanya ditawarkan oleh keberagaman flora dan faunanya. Kawasan bukit keramat ini juga kaya situs peninggalan purbakala. Semuanya berkait erat dengan asal-muasal nenek moyang Rakyat Madura. Diantaranya, di seputar bukit, ada situs Pelanggiran. Konon, menurut beberapa sumber sejarah dan legenda Rakyat Madura, di areal situs Pelanggiran inilah, pada kisaran abad ke 8 silam, orang pertama di Pulau Madura mendarat di Bukit Geger menggunakan gethek (rakit dari bambu-Red). Mereka adalah Patih Pranggulang dan Dewi Sekar Tanjung, putri dari Raja Giling Wesi di kaki Gunung Semeru, yang dibuang lantaran hamil secara gaib di luar nikah. Dari rahim Dewi Sekar Tanjung yang kemudian lahir seorang putri yang populer dengan sebutan Potre Koneng . Dari silsilah Potre Koneng inilah yang kemudian lahir putra   asli Madura pertama, yang bernama Raden Segara.
Berikutnya, di pucak bukit sisi barat, juga bercokol dua goa keramat, masing-masing Goa Petapan dan Goa Potre, yang diyakini sebagai tempat pertapaan Patih Pranggulang dan Dewi Sekar Tanjung. Kedua goa ini, pada kisaran abad ke 13, juga pernah digunakan sebagai tempat pertapaan Adipoday dan Putri Kuning, ayah bunda dari tokoh legendaris Madura dari Kraton Sumenep, yakni Kudho Panule alias Jokotole yang bergelar panembahan Secodiningrat III. Konon, ketika Jokotole akan berangkat ke medan perang melawan Dampo Awang (Sampo Tualang) dari Mongol China, Jokotole sempat sowan ke Goa Petapan dan Goa Potre untuk mohon restu kepada ayah-bundanya. Di goa itu, Jokotole kemudian dibekali senjata pusaka berupa cemeti (pecut-Red) oleh Adipoday ayahnyaDi depan kedua goa, ada pula situs makam yang diyakini sebagai kuburan dari Dewi Sekar Tanjung alias Potre Koneng. Berikutnya, di bibir jurang sisi barat, atau berjarak sekitar 10 meter di depan goa, juga ada situs Palenggian, yakni onggokan batu alam berbentuk kursi panjang. Konon, situs ini sering digunakan oleh Dewi Sekar Tanjung untuk duduk kongkow-kongkow sambil menatap keelokan panorama laut yang dahulu mengitari bukit.
Selain itu, di bibir tebing sisi Selatan, ada pula Goa Pelanangan dan Goa Pancong Pote. Goa Pelanganan ini memiliki keunikan tersendiri, lantaran dari atap goa tersembul sebuah stalaktit panjang, yang nbetuknya mirip dengan kelamin pria yang dikenal dengan nama Goa Pelanangan (kelamin prioa-Red). Di kalangan penduduk sekitar, ada kepercayaan bahwa lelaki manapun yang meminum tetesan air dari stalaktik untik berbentuk kelamin pria itu, akan memiliki kualitas “kejantanan” yang oke. penduduk setempat percaya khasiatnya diyakini mirip-mirip obat kuat untuk kaum pria.
Dari bibir jurang di depan Goa Petapan, Goa Potre dan Situs Palenggian itulah, para pelancong bisa menikmati keelokan panorama alam yang amat eksotis, lantaran di dasar bukit, terdapat hamparan hutan rakyat seluas 1.300 ha lebih yang mengitari semua desa di Kecamatan Geger. Sementara di tengah kawasan hutan, juga teredapat sejumlah situ makam dan mesjid keramat. Di sini, pelancong bisa menikmati padat dan rimbunnya kawasan hutan, seraya menikmati ulah ratusan kera yang bergelantungan dan melakukan lompatan-lompatan unik dari pohon ke pohon.
Kawasan wana wisata Bukit Geger sebagai salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Bangkalan. Bahkan, Wana Wisata dan deretan Situs Purbakala di kawasan Bukit Geger, kini tengah dipromisikan ikut lomba Anugerah Wisata 2012 yang dihelat oleh Kanwil Dinas Pariwisata Jawa Timur. . Doakan ya, mudah-mudahan Bukit geger bisa meraih anugerah wisata tahun ini












kesedihannya



cerpenkuuu
                        Terdapat anak yang bernama ravida ,dia bersekolah di salah satu SMA Negeri Di jakarta .ia biasa di  panggil vida ,ia tidak pintar ,ia  tidaklah pintar tetapi ia berusaha untuk selalu belajar.
Ravida memiliki sahabat yang amat setia menemani nya di kala suka maupun duka bernama epha.mereka bersahabat dari duduk di bangku sekolah dasar sampai sekarang ini. Setelah vida duduk di bangku sekolah menengah atas vida mendapat begitu banyak sahabat salah satunya Dila dan risna. Tidak hanya mereka yang menjadi sahabatnya tetapi juga tomi. Ia orang yang humoris, ia juga juara kelas dan ia juga ramah pada setiap orang.
                  Ravida bersahabat dengannya dari mos awal masuk sekolah sma. Kesan pertamanys dengan tomi, ia orangnya lucu dan misterius. Kemisteriusannya itu ia sembunyikan di balik kacamatanya.
Waktu terus bergulir dan hari terus berganti. Awalnyavida hanya sekedar teman biasa yang memiliki rasa ingin tahu dengan sifatnya. Semua itu bermula dari tujuh bulan yang lalu tepatnya bulan November. mereka sering bercerita lewat pesan singkat, banyak cerita duka dan suka yang vida ceritakan denganya. Banyak pertanyaan yang vida ajukan untuknya.
             Dari kesukaanya hingga alasan ia melepas kaca matanya ketika ia berada di luar kelas dan di rumah. Bahkan dia member vida begitu banyak nasehat “ jangan merubah diri kamu hanya karena hal yang tidak penting”. pesannya

            Sayangnya ke dekatan dan persahabatian mereka di warnai gosip dan desas-desus yang menyatakan vida menyukainya, padahal di antara mereka hanyalah ada sebuah tali persahabatan. Desas desus itu heboh di kalasnya. Puluhan pesan singkat vida tak mendapat tanggapan darinya. Parahnya lagi tiap mereka tidak sengaja bertemu tak ada sedikt senyum di wajahnya dan tak ada sedikit pun kata terucap di bibir manisnya itu. Yang ada hanyalah tatapan mata yang kosong namun indah.
               Ravida binggung dengan apa yang harus ia perbuat.vida sedih jika selamanya mereka harus begini. Hatinya sakit bagaikan di tusuk seribu jarum.vida berdoa Aku mohon kepada MU jangan ambil sahabatku. Engkau dapat mengambil semua yang ku miliki tapi jangan kau ambil sahabatku. Karena sahabat menurutku amatlah berarti dalam hidup ini .Jika aku boleh meminta pada MU. kembalikanlah sahabatku seperti dikala pertama kali aku mengenalnya. Aku hanya ingin jika aku kelak bertemu dengannya aku dapat melihat senyuman manisnya dan mendengar kata sapaan dari bibirnya yang merah. entah kapan semua itu terjadi yang jelas aku akan selalu menjadikan ia sahabat terbaikku. aku yakin itu semua akan terjadi. Rintihnya.
                 Jarum jam terus berputar begitu pula harapan vida yang semakin lama luntur karena prilakunya. Vida menyadari mungkin itu semua terjadi karena kesalahannya  juga. Yang pada suatu ketika menulis kalimat permohonan maaf dan kata-kata bahwa vida  tidak mau memutus tali silaturami di frendstervida. ia berkata melalui temannya bahwa vida membuat steres dirinya. bahkan di luar dugaanvida, ia berkata untuk tidak saling menggangu biar sama-sama enak. padahal di hati kecilku vida hanya ingin menyambung tali silaturami dengannya. vida sedih dengan perkataannya itu, yang membuat vida sedih kenapa pertemanan yang diawali dengan baik harus di akhiri seperti ini.